Notification

×

Iklan

Iklan

Perbedaan Empat Nama dalam Satu Peristiwa: G30S, Gestapu, Gestok, dan G30S/PKI

Sabtu, 01 Oktober 2022 | 03.25 WIB Last Updated 2022-09-30T20:26:45Z

Pages/Halaman:
Dapatkan berita terupdate dari SAFAHAD.MY.ID di:
Advertisement
Swipe Up
SAFAHAD - Setiap tanggal 30 September, Indonesia memperingati peristiwa kelam masa lalunya pada tahun 1965.
Suasana diorama peristiwa G30S/PKI di kawasan Monumen Kesaktian Pancasila, Jakarta, Selasa, 29 September 2020. Diorama tersebut dibuat untuk peringatan Hari Kesaktian Pnlancasila dan mengenang korban dalam peristiwa G30S/PKI khususnya tujuh pahlawan revolusi pada 1 Oktober mendatang. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
SAFAHAD - Setiap tanggal 30 September, Indonesia memperingati peristiwa kelam masa lalunya pada tahun 1965. Operasi Gerakan 30 September atau G30S yang dilancarkan oleh Resimen Tjakrabirawa dan Partai Komunis Indonesia atau PKI pada saat itu, berakhir dengan pembunuhan enam jenderal dan satu letnan.

Operasi G30S sampai dini hari 1 Oktober. Meski demikian, operasi tersebut tetap disebut Gerakan 30 September. Selain sebutan G30S, operasi yang menewaskan Jenderal itu kemudian disebut juga Gestapu, Gestok, dan G30S/PKI.

Lalu apa perbedaan istilah G30S, Gestapu, Gestok dan G30S/PKI?

1. G30S
Gerakan 30 September, atau disingkat G30S adalah nama operasi yang digunakan sebelum dilaksanakan. Jadi, operasi ini sempat tertunda sehari dan berlangsung pada 1 Oktober, tapi tetap disebut G30S.

Operasi tersebut diprakarsai oleh Pasukan Keamanan Presiden dari Resimen Tjakrabirawa. Satuan tersebut menerima informasi dari PKI bahwa sekelompok jenderal yang disebut Dewan Jenderal sedang berusaha untuk menggulingkan Presiden Sukarno.

Resimen Tjakrabirawa bersama dengan sejumlah petinggi PKI, berencana untuk menangkap para jenderal ini dan membawa mereka ke hadapan Sukarno.

Letnan Kolonel Untung Samsoeri, pemimpin Operasi G30S dan Komandan Batalyon 1 Resimen Tjakrabirawa, mengatakan operasi itu awalnya bernama Operasi Takari. Namun namanya terlalu berbau militer, sehingga akhirnya diubah menjadi gerakan 30 September atau G30S.

Selanjutnya, 2. Gestapu
2. Gestapu
Gestapu atau Gerakan September Tiga Puluh adalah istilah yang digunakan setelah Suharto untuk menyelesaikan peristiwa pembunuhan jenderal tersebut.

Istilah ini dicetuskan oleh Brigjen RH Sugandhi, Kepala Penerangan Staf Angkatan Bersenjata dan pimpinan harian Angkatan Bersenjata pada saat itu. Nama Gestapu sendiri merupakan plesetan dari nama polisi rahasia bentukan Nazi Jerman Geheime Staatspolizei, disingkat Gestapo.

Menurut kutipan dari buku Dalih Pembunuhan Massal karya John Roosa, sekelompok jenderal junior mencurigai PKI sebagai dalang pembunuhan itu. Sujipto, salah satu jenderal junior Angkatan Darat, memutuskan untuk mengundang para pemimpin sipil dan militer membentuk kelompok untuk membasmi PKI dan para pendukungnya.

Untuk mewujudkan upaya tersebut, sebagaimana dikutip dari buku Anak Desa: Biografi Presiden Soeharto karya OG Roeder, diselenggarakan rapat bersama pada tanggal 2 Oktober 1965. dan menghasilkan keputusan dengan dibentuknya Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan 30 September (KAP Gestapu).

3. Gestok
Gestok atau Gerakan 1 Oktober adalah istilah yang digunakan Sukarno untuk menyebut Gerakan 30 September. Istilah ini digunakan karena peristiwa itu terjadi pada dini hari tanggal 1 Oktober, bukan tanggal 30 September.

Nama ini diusulkan langsung oleh Sukarno pada sidang kabinet pertama pasca-G30S pada 9 Oktober 1965. Istilah Gestok digunakan untuk menggantikan istilah Gestapu yang identik dengan Nazi Jerman. Selain itu, Gestok digunakan untuk menghilangkan kesan peran PKI dalam G30S.

Selanjutnya, 4. G30S/PKI
4. G30S/PKI
Istilah G30S/PKI merupakan istilah terakhir yang secara resmi digunakan oleh rezim Orde Baru. Penyebutan ini dimaksudkan untuk mempertegas keterlibatan PKI dalam Gerakan 30 September.

Beberapa pembantu Suharto, termasuk Yoga Sugama dan Soedarmono, percaya bahwa PKI mengatur peristiwa berdarah ini. Istilah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam buku 40 Hari Kegagalan G-30-S yang diterbitkan oleh Departemen Pertahanan, 40 hari setelah peristiwa 30 September 1965.

Editor: Abdul Hamid
Sumber: Tempo
×
Latest Update Update
CLOSE