Pages/Halaman:
Advertisement
Swipe Up
Polisi menembakkan gas air mata, membuat para suporter di tribun panik. 133 orang meninggal dunia akibat sesak nafas dan terhimpit. Kepanikan melanda mereka yang berdesakkan untuk keluar dari stadion. (AFP/Getty Images)
SAFAHAD - Sejumlah media asing menyoroti keputusan pemerintah Indonesia untuk menghancurkan Stadion Kanjuruhan, Malang, usai tragedi yang menewaskan 133 orang.
"Ini adalah negara sepak bola yang indah, sebuah negara di mana sepak bola adalah hal yang menarik bagi lebih dari 100 juta orang," kata Infantino.
Ia menekankan pihaknya berutang untuk menyajikan pertandingan yang aman bagi para penggemar bola. Infantino juga mengatakan FIFA akan bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memastikan persyaratan keamanan dan keselamatan stadion.
Media Singapura, Channel News Asia dan The Straits Times, juga melaporkan hal serupa. Mereka menyoroti pertemuan Jokowi dan Infantino terjadi usai Indonesia dan FIFA sepakat membentuk tim gabungan untuk mengusut tragedi Kanjuruhan awal Oktober lalu.
CNA juga membahas Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) itu sudah merilis laporan yang menunjukkan penggunaan gas air mata secara masif sebagai penyebab kematian. Laporan itu juga mengidentifikasi faktor lain yang berkontribusi dalam tragedi itu, salah satunya pintu keluar terkunci.
Keputusan direktur Liga Indonesia Baru (LIB) menggelar pertandingan di malam hari demi rating juga dianggap menjadi salah satu faktor tragedi itu terjadi.
TGIPF juga mengaku menemukan bukti bahwa rekaman CCTV selama satu jam setelah pertandingan telah dihapus. Mereka meminta polisi menyediakan rekaman tersebut. Selain itu, tim juga meminta ketua umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) mundur.
Media-media asing memang terus mengikuti perkembangan setelah tragedi Kanjuruhan pecah pada 1 Oktober lalu. Kerusuhan pecah ketika penonton masuk ke lapangan setelah pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya.
Polisi sempat mengadang para penonton. Ketika situasi kian kacau, aparat menembakkan gas air mata, membuat penonton panik dan berdesakan keluar stadion. Akibat insiden ini, 133 orang meninggal dunia.
Kontributor: Abdul Hamid
Sumber: CNN Indonesia